Diagnosa Tumor Jinak Payudara, Kecemasan Operasi, dan Harapan Selalu Sehat Hingga Nanti

Diagnosa Tumor Jinak Payudara, Kecemasan Operasi, dan Harapan Selalu Sehat Hingga Nanti
Spread the love

Seberapa sering sih kamu mengecek payudaramu sendiri?

Jadi, sekitar 3 minggu yang lalu, saya terdiagnosa mengidap FAM atau fibroadenoma mammae. Bahasa awamnya sih tumor jinak di payudara. Awal-awalnya sempat shock karena ya meskipun sifatnya jinak, tapi yang namanya tumor kan pasti menyeramkan. Bayangan harus melalui prosedur operasi jelas aja bikin saya down. Alasan terbesarnya adalah karena insecure dengan bekas operasi yang bakal ada, terlebih letaknya di payudara.

Berdasarkan pengalaman ini, sudahkah kamu memeriksa payudara sendiri? Saya sarankan sih jangan dianggap enteng, deteksi dini itu penting.

Periksa Payudara Sendiri

Kalau ditanya, apa sih gejala FAM yang saya alami? Nggak ada. Saya hanya menemukan benjolan yang bahkan nggak bakal terasa kalau nggak diraba dengan seksama. Jujur, saya sendiri juga bukan perempuan yang aware dengaan periksa payudara sendiri. Kalau bukan karena adik saya tiba-tiba menemukan benjolan di payudaranya dan harus operasi, saya mungkin nggak akan tergerak untuk meraba payudara sendiri.

Cek payudara bisa dilakukan sendiri kok, caranya juga gampang. Yang saya lakukan saat itu adalah meraba dengan seksama setiap bagian dari payudara satu per satu dan agak ditekan supaya bisa merasakan perbedaan. Kalau mau tahu cara periksa payudara yang lebih akurat bisa diakses di situs Alodokter.

Keanehan saya temukan di payudara sebelah kiri, di mana ada benjolan yang tidak menetap, tapi berpindah-pindah saat dipegang. Meskipun sudah merasa ada yang aneh, tapi butuh waktu sekitar 3 hari untuk meyakinkan diri kalau saya perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut. FYI, payudara normal perempuan itu harusnya nggak ada benjolan sama sekali. Kalau memang kamu berhasil menemukan benjolan sekecil apapun, lebih baik segera diperiksakan.

Harus Periksa ke Mana?

Langkah selanjutnya adalah lakukan pemeriksaan yang lebih komprehensif. Saya sendiri karena berniat periksa dengan BPJS, langsung mendatangi faskes tingkat pertama yaitu Puskesmas Kendalkerep Malang. Di sini nggak langsung dapat rujukan, tapi diperiksa dulu oleh dokter.

Nah, bagian ini yang nggak nyaman, karena kebetulan dokter yang memeriksa saya adalah koas laki-laki. Ya jelas ada rasa malu dan risih, tapi percaya deh ini semua demi alasan kesehatan. Akhirnya dokter memutuskan untuk merujuk saya ke Poli Bedah Onkologi RS Persada Hospital Malang.

Pemeriksaan payudara juga bisa dilakukan langsung ke laboratorium seperti Sima atau Prodia. Pastinya cara ini tidak ditanggung BPJS ya. Cara lain non BPJS juga bisa datang langsung ke rumah sakit yang memiliki klinik bedah onkologi. Klinik bedah umum sebenarnya juga bisa tapi saya lebih menyarankan spesialis onkologi. Onkologi sendiri adalah cabang ilmu kedokteran yang fokus pada penanganan kanker dengan prosedur bedah. Lebih spesifik ke kanker dan tumor, sehingga harapan saya hasil pemeriksaannya pun bisa lebih akurat untuk menemukan tindakan apa yang tepat.

Khusus di Malang, RS yang memiliki klinik onkologi setahu saya adalah RS Lavalette dan RS Persada Hospital.

Pemeriksaan Pertama

Saya ditangani oleh dr. Bachtiar, satu-satunya spesialis onkologi di Persada. Pengalaman pertama saya mengunjungi klinik onkologi sekitar awal Desember. Saat itu saya masih yakin baik-baik saja karena dokter mengatakan nggak ada apa-apa, mungkin hanya kantung air saja dan bisa biopsi. Tapi demi pemeriksaan yang lebih akurat, dokter meminta saya untuk USG Payudara. Selesai pemeriksaan pertama, saya masih tenang dan santai.

Pengalaman USG Payudara

Saat jalan kaki dari kantor ke Persada yang cuma berjarak sepelemparan batu aja, sebenarnya saya sudah harap-harap cemas. Sampai akhirnya saya masuk ruang USG yang dingin, dan dokter spesialis radiologi yang melakukan pemeriksaan ternyata mengatakan kalau memang ada sejenis tumor, tapi jinak, dan ditemukan di tiga bagian payudara kiri saya. Jadi ada 3 benjolan. Saat itu juga saya mulai down.

Drama Itu Ada

Gara-gara teaser awal ini, malamnya saya terlibat drama dong sama Mas Partner. Tiba-tiba saya jadi begitu sensitif hanya karena dia nggak bertanya tentang how I feel atau sekadar bertanya apa saya baik-baik saja. Dan yaa, karena saya cengengnya bukan main, malam itu saya nangis hebat hahahaha. Kalau saya pikir-pikir lebay juga sih. Tapi memang bayangan operasi payudara itu begitu bikin saya cemas. Bayangan meja operasi aja udah serem, ditambah bekas operasi di bagian payudara jelas bikin saya insecure.

Hasil USG

Setelah hasil USG keluar dengan bunyi diagnosa: benign, suspect FAM, saya langsung browsing apa maksudnya. Ternyata, benign merujuk pada tumor jinak dan FAM adalah singkatan dari fibroadenoma mamae atau bahasa awamnya adalah tumor jinak pada payudara. Dari artikel yang saya baca-baca dari situs Alodokter, jenis tumor jinak ini adalah yang paling umum terjadi pada payudara perempuan usia 15-35 tahun. Penyebabnya sendiri sampai sekarang dipercaya karena pengaruh hormon.

Saya mulai banyak browsing dan baca-baca cerita orang yang pernah mengidap FAM, kondisi psikis saya mulai membaik. Ternyata FAM tidak harus operasi karena ada jenisnya yang bisa mengecil sendiri. Sifatnya jinak, prosedur operasi pun nggak wajib hukumnya. Kalau pun harus diangkat, itu adalah FAM yang memiliki sel abnormal dan bisa berkembang jadi tumor ganas, atau jika benjolannya semakin membesar dan mendesak jaringan lain di payudara. Dari sini saya mulai lega.

Sayangnya, hasil USG itu keluar tanggal 17 Desember 2019. Sementara saya baru bisa konsultasi dengan dr. Bachtiar tanggal 31 Desember 2019 karena beliau sedang umrah. Jadilah selama 2 minggu saya harap-harap cemas menanti akhir tahun.

Lolos dari Meja Operasi, Semoga Tetap Sehat Sampai Nanti

Akhirnya 31 Desember 2019 datang juga, hari ini. Masuk ke ruangan dokter, saya sudah nothing to lose deh. Intinya kalau memang harus operasi ya ayo segera operasi. Kalau nggak ya Alhamdulillah. Setelah membaca hasil USG dan melakukan pemeriksaan payudara ulang, dokter bilang tidak perlu operasi karena masih kecil. Memang ukurannya hanya sekian millimeter aja. Tapi, observasi akan dilakukan 6 bulan lagi, jika membesar, baru kemungkinan akan diangkat. Yang jelas bukan sekarang.

Pesan moral dari cerita ini cukup jelas. Ladies, sudahkah kamu cek payudaramu sendiri? Jangan malas atau takut buat melakukannya. Biarpun melakukan pemeriksaan sendiri, pastikan lakukan dengan proper. Jika menemukan ada benjolan, segera periksa. Jangan hanya karena tidak ada keluhan apa-apa lalu merasa baik-baik saja. Satu catatan yang pasti, payudara normal tidak memiliki benjolan sama sekali. Pastikan jadikan ini sebagai rumusnya.

Lega sih, karena ternyata saya masih diberi kesempatan untuk lolos dari meja operasi kali ini. Semoga tetap sehat dan baik-baik saja bukan hanya hari ini, tapi sampai nanti.

Menutup 2019, semoga cerita saya bisa jadi inspirasi dan informasi buat kamu. Selamat tahun baru 2020!

Featured Image: Pexels/Miguel A. Padrinan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *