Tahun 2016: Tentang Sebuah Pencarian, Harapan, dan Realita

Tahun 2016: Tentang Sebuah Pencarian, Harapan, dan Realita
Spread the love

Jika ada sesuatu yang berlalu tanpa pernah kita sadari pergerakannya, mungkin itu adalah waktu. Sepertinya baru kemarin terdengar  gegap gempita tahun baru, tanpa terasa kini sudah di penghujung 2016. Biasanya, tahun baru identik dengan resolusi baru. Harapan baru. Tapi sebelum memikirkan hal itu, alangkah baiknya kalau kita melakukan flashback tentang harapan yang pernah tercapai di tahun sebelumnya. Lalu melihat kembali, sudah sejauh mana yang berhasil diselesaikan sepanjang 2016 ini. Berapa persen dari harapanmu yang terkabul selama setahun ini.

Salah satu penulis favorit saya, Bernard Batubara, sekarang ini sedang asyik membuat list semua hal yang jadi favoritnya di tahun 2016. Mulai dari daftar buku yang dia baca, film yang ditonton, dan banyak daftar lainnya yang membuat saya geleng kepala setiap kali melihat timeline Twitternya. Tanpa sadar, saya pun jadi ikutan melakukan kilas balik tentang apa saja yang sudah terjadi dalam hidup saya sepanjang tahun 2016 lalu. Beruntungnya, hal itu sama sekali nggak sulit dengan bantuan blog. Saya banyak bercerita di dalamnya.

Saya mengawali tahun 2016 dengan patah hati dengan seseorang yang saya harap kembali. Lalu mempertanyakan tentang makna soulmate, the other half, or whatever you call it. Dengan mengajukan banyak pertanyaan, mulai dari benarkah soulmate itu ada, bagaimana kamu bisa mengetahui jika seseorang adalah soulmate yang tepat untukmu, dan sebagainya. Sebagian besar tahun 2016 saya habiskan dengan imajinasi sendiri. Asyik bermain dengan realita yang saya harapkan itu menjadi nyata. Padahal sesungguhnya hanya ada dalam kepala.

Tahun 2016 mungkin tahun paling labil yang pernah saya alami sepanjang menginjak usia dewasa. 25 tahun, tapi masih dalam masa pencarian terbesar layaknya remaja yang tengah mencari jati diri. Saya kira mereka benar, ada satu titik di dalam hidupmu di mana kamu melakukan banyak kesalahan. Saking besarnya, hal itu jadi titik balik di mana kamu bisa belajar banyak di dalamnya. Sepanjang tahun saya mencari kesenangan sendiri, melakukan banyak hal tanpa peduli itu salah atau benar. Hingga mempertahankan dengan banyak cara semua hal yang saya pikir adalah sumber kebahagiaan yang saya miliki.

Tahun 2016: Tentang Sebuah Pencarian, Harapan, dan Realita
Tahun 2016: Tentang Sebuah Pencarian, Harapan, dan Realita

Tanpa sadar, saya melakukannya selama setahun penuh. Dan tanpa sadar juga, saya tidak mendapatkan apa-apa selain perasaan sakit yang kian hari semakin dalam. Jadi, mana kebahagiaan yang saya kira itu hadir secara nyata?

Pada akhirnya, saat hampir tiba di penghujung tahun, saya seolah tertampar sesuatu. Kebahagiaan itu bukan sesuatu yang diraih dengan merajuk secara terus menerus. Kebahagiaan itu juga bukan sesuatu yang diperoleh dengan mempertahankan mati-matian sesuatu yang bukan pada tempatnya. Berjuang itu memang perlu, tapi selalu ada batasannya. Dan berjuang seorang diri hanya akan mengantarkanmu pada rasa lelah yang tak berkesudahan. Jadi, apa itu yang namanya bahagia?

Di penghujung tahun ini, saya juga sadar. Mampu melepas segala sesuatu yang sudah mati-matian dipertahankan itu ternyata membawa perasaan jadi lebih ringan. Satu hal yang mungkin nggak diketahui kebanyakan orang, harapan, sekecil apapun itu, ternyata bisa jadi sesuatu yang begitu membebani hati. Mungkin memang benar kalau harapan adalah sesuatu yang membuat hidup seseorang jadi lebih berwarna. But the ugly truth is, harapan juga bisa menjadi sesuatu yang membuatmu tertahan di tempat yang sama, tidak berkembang sama sekali, terbebani, dan yang paling parah adalah terluka.

Di penghujung tahun ini, saya sadar kalau bahagia itu sederhana. Bahagia itu tidak harus berupa perasaan meledak-ledak hingga membuat hatimu berdebar begitu kencang. Tapi, perasaan nyaman dan penuh kedamaian adalah bentuk lain kebahagiaan yang seringnya dilupakan. Iya, sesederhana itu.

Baca Juga Dong:

Break Menulis Itu Nggak Dosa Kok!

Tips Solo Traveling Anti Nyasar Buat yang Nggak Pernah Ke Mana-Mana

Karena Setiap Orang Punya Cerita Kehilangannya Sendiri

4 thoughts on “Tahun 2016: Tentang Sebuah Pencarian, Harapan, dan Realita

Leave a Reply to Wuri Anggarini Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *